Teman, mari kita luangkan waktu
sejenak. Mengapa tidak kita perhatikan dengan seksama alam sekitar ini? Yang begitu
ceria menemuimu, namun terkadang kita tampak lesu menyambutnya, mengapa?
Ketika menemui udara pagi yang
cerah, langit hari begitu indah, mengapa kita sibuk mencemaskan hujan yang tak
kunjung datang? Bila saja kita nimkati semuanya tanpa keluh kesah, pastilah
kita dapat mengerjakan begitu banyak kegiatan dengan penuh kegembiraan. Nikmatilah,
karena jika kita tidak menikmatinya, saat hujan menggenangi tanah, kita pun
akan kembali resah memikirkan kapan hujan berhenti.
Mangapa pula kita harus memikirkan
sesuatu yang tidak ada, namun suatu saat pasti akan hadir juga? Sedangkan memikirkan
hal itu hanya akan membuat kita kehilangan keindahan hari ini karena
mencemaskan sesuatu yang belum pasti.
Jika hari ini kita menderita, maka
nikmatilah segalanya, karena berfikirlah bahwa inipun akan berlalu. Jangan mengeluh,
karena bila suatu saat nanti kita jauh lebih menderita, dikhawatirkan kita tak
akan sanggup untuk menerimanya. Maka, nikmatilah rasa sedih dengan mengenang
kesedihan yang lebih dalam yang pernah kita alami.
Maka nikmatilah. Jangan sampai kita kehilangan nikmat dari penderitaan dan
hanya mendapatkan getirnya saja. Nikmatilah dengan bersyukur dan memanfaatkan
apa yang kita miliki dengan lebih baik lagi agar esok menjadi sesuatu yang
lebih berguna.
Nikmatilah rasa galau dengan
bertafakur lebih banyak atas permasalahan yang kita hadapi, dengan memikirkan
kedewasaan yang akan kita gapai atas keresahan itu. Nikmatilah rasa amarah
dengan kemampuan mengendalikan diri. Dengan memikirkan kemenangan atas diri
pribadi yang tak semua orang dapat melakukannya.
Berfikir postiflah atas apa pun yang
kita jalani, atas apapun yang kita hadapi, atas apapun yang kita terima, karena
dengan begitu kita akan bahagia. Nikmatilah karena inipun akan berlalu. Nikmatilah,
agar kita tidak kehilangan hikmah dan keindahannya saat segalanya telah tiada :’)
Baru-baru ini sahabatku pernah
mengucapkan kalimat yang membuatku berfikir, kira-kira kalimatnya seperi ini, “Simpan
kepedihanmu, ceritakanlah nanti setelah kau sukses”. Ahh iyaa, ku fikir kalimat
itu benar sekali, karena pengorbanan terkadang atau bahkan seringkali penuh
dengan kepedihan dan kepahitan namun itu harus kita hadapi. Pengorbanan adalah
sarana untuk mencapai keinginan. Jadi, jika ingin keinginan terwujud maka pasti
harus ada pengorbanan. Nikmatilah saja prosesnya, toh kepedihan akan segera
berlalu. Dan kepedihan itu memang tak seharusnya di umbar. Mungkin pengecualian jika suatu saat nanti kita sudah mendapat gelar 'sukses' , mungkin kepedihan itu harus diceritakan dengan niat agar dapat dijadikan pelajaran dan motivasi untuk orang lain.
Ibnu Al-Jauzi pernah berkata, “ Aku
pernah dihimpit permasalahan yang membuatku gelisah dan galau berlarut-larut. Kupikirkan
dan ku cari solusi dengan segala cara dan usaha. Tapi, aku tidak menemukan satu
jalan pun untuk keluar darinya. Namun,
ku sadari bahwa jalan keluar satu-satunya drai segala kegalauan adalah
ketakwaan. Dan ketika jalan ketakwaan itu ku tempuh, tiba-tiba Allah sudah lebih
dulu menurunkan penyelesaian”. :’)
Semoga bermanfaat ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar