Sabtu, 18 Juli 2015

Random ~






Dini hari, udara pagi masuk melalui celah-celah kamarku. Seperti biasa mataku masih sulit dipejamkan karena  kebiasaanku bangun ditengah malam lalu sulit untuk tidur lagi, mungkin ini saat yang baik untuk bermuhasabah. Merefleksikan apa saja yang sudah ku alami, khususnya satu tahun terakhir. Satu tahun yang telah mampu mengubah banyak hal dalam hidupku, baiklah izinkan kali ini aku merancau tentang itu.

Aku masih saja melihat coretan-coretan mimpiku, beberapa ada yang sudah tercapai namun banyak juga yang belum. Membayangkan apa saya yang sudah ku alami satu tahun ini, satu tahun yang banyak memberiku pelajaran tentang hidup. Satu tahun yang mengajariku bagaimana mengikhlaskan, bagaimana menjadi sosok yang lebih sabar dan  lebih tangguh, satu tahun yang mengajariku bagaimana menghargai perasaan orang lain dan masih banyak lagi.

Orang-orang disekitarku mengatakan banyak yang berubah dalam diriku, bagiku itu kabar baik, artinya ada ‘renofasi’ didalam diriku walaupun belum seberapa. Baiklah, sepertinya aku mulai bingung bagaimana harus memulai menceritakannya. Tapi mungkin ‘perubahan’ menjadi tema yang cukup menarik bagiku.

Satu tahun lalu, aku mengalami kekecewaan yang luar biasa. Dimana aku harus menjalini takdir-takdir yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Mungkin salahku juga, menganggap hidup ini selalu seperti novel-novel yang kubaca atau seperti cerita-cerita negeri dongeng yang sering ku tonton. Ironi, hal itu membuatku lupa bahwa hidup tak selalu sesuai rencana kita.

Sering ku baca kutipan kalimat ini, “Jika setiap harapan kita selalu tercapai, maka kita tak akan pernah belajar bahwa kecewa itu menguatkan”. Menurutku itu tidak salah, karena banyak kekecewaan yang sebenarnya membuatku menjadi sosok yang lebih kuat, membuat kita sadar bahwa seharusnya hanya kepada Allah kita menggantungkan harapan-harapan kita.

Satu tahun lalu, aku merasakan bagaiamana rasanya ditinggal orang-orang yang disayang. Terpaksa harus menjalani semuanya sendiri, mungkin atau memang sebenarnya ini salahku, terlambat menyadari bahwa orang-orang disekitar kita pada akhirnya juga akan pergi, melanjutkan hidup mereka masing-masing. Saat-saat yang sulit bagiku, memasuki lingkungan yang sangat asing dan tak pernah menjadi apa yang aku mimpikan, memikirkannya saja aku tak pernah dan lebih buruknya lagi, aku harus menjalaninya sendiri.

Awal yang buruk, tak pernah satu haripun ku lalui tanpa tangisan, menyesali takdir. Tapi aku faham betul bagaimana cara menyembunyikan tangisan itu didepan orang-orang. Tapi, sosok sahabat juga selalu faham bagaiamana peliknya perasaan kita, itu kabar baiknya. Disaat dunia rasanya mau runtuh, meraka selalu menguatkan, walaupun tak berada di sisiku.

Hari demi hari ku lalui, membuatku sadar bahwa hidup harus terus berlanjut. Perlahan aku mulai berusaha menerima keadaan dan merevisi mimpi-mimpiku. Penerimaan itulah yang membuat keadaanku berangsur-angsur membaik. Melibatkan Allah dalam setiap rencanaku.

Dan sampai hari ini, aku banyak menuai hasilnya. Allah memberi apa yang kita butuh, bukan apa yang kita inginkan. Jika saat itu Allah tak menegurku dengan kekecewaan, mungkin sampai hari ini aku tak akan pernah belajar bahwa rencana Allah selalu lebih baik dari recana kita, bahwa banyak hal-hal indah yang sebenarnya ingin Allah berikan dan aku bersyukur atas hidupku yang sekarang ...

Senin, 19 Januari 2015

Merancau tentang dirimu..






Bolehkah kali ini aku merancau tentang dirimu? Karena banyak ribuan kata yang tersumpal difikiranku memaksa untuk keluar. Mereka ingin menyampaikan kepada dunia betapa bahagianya diriku sejak kejadian kemarin sore, seakan ada satu harapan yang tumbuh lagi setelah beberapa bulan layu dan seolah akan mati.

Aku tak tahu begitu pasti apa yang membuat hubungan kita sangat rengang beberapa bulan ini, mungkin karena kesibukanku atau karena kesibukanmu? Entahlah. Beberapa bulan yang cukup menyenangkan sebenarnya, karena aku bisa belajar banyak hal tapi entahlah, aku merasa kehilangan sosok yang aku sendiri tidak bisa menjelaskannya. Hidupku cukup menyenangkan tapi dibalik itu semua sebenarnya aku kehilangan sosok dirimu yang biasanya mengisi hari-hariku.

Aku sudah memintamu ‘pulang’ beberapa minggu yang lalu, tapi tanggapanmu saat itu benar-benar hampir membunuh harapanku. Kesal, sedih, rindu, entahlah apa perasaanku saat itu, ku fikir tak ada kata yang dapat menafsirkan perasaanku saat itu dengan sempurna.

Ahh sudahlah ku fikir hubungan kita akan berakhir saat itu, ku fikir mimpi-mimpi yang dulu kita pahat di hati masing-masing akan hilang begitu saja. Sejak saat itu aku memutuskan untuk menjalani hidupku sendiri tanpa menganggumu dan memaksamu ‘pulang’ lagi.

Tapi, masih ada sesuatu yang menganjal hatiku, perkenalan kita yang cukup lama membuatku cukup mengerti sosok dirimu. Kau bukan tipe orang yang dengan mudahnya melupakan janji-janjimu, bahkan saat kau benar-benar tak menghubungi perasaan sayangmu padaku masih benar-benar ku rasakan, mungkin ini efek dari lantunan do’a yang sering kau panjatkan kepada Rabb kita, tanpa sepengetahuanku. Aku benar-benar merasakan itu, hingga membuat setitik harapan merekah kembali. Mungkin kau hanya butuh waktu untuk sendiri, begitu fikirku.

Hari-hari berikutnya ku isi dengan menunggu kepulanganmu, menunggu dengan hal-hal yang bermanfaat yang aku yakin jika kau mengetahuinya kau akan mendukungku sepenuhnya, aku yakin.

Hingga akhirnya kemarin, rasa rindu itu tak bisa ku tahan lagi. Entah mengapa ide untuk menghubungimu tiba-tiba saja muncul di kepalaku, padahal sebelumnya aku benar-benar enggan menghubungimu, menunggu kau yang bertindak. Tapi entahlah, rasa rinduku saat itu menghilangkan semua argumen-argumen yang sempat ku bangun sebelumnya, yang ada difikiranku saat itu adalah AKU RINDU.

Saat mendengar suaramu untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan lalu, ada bulir-bulir embun yang meluncur dimataku. Ya Rabb, terimakasih untuk kesempatan yang indah ini, batinku berucap.  Itu menjadi waktu yang paling berharga sejak beberapa bulan terakhir.

Saat itu, kita mengeluarkan apa saja yang ada dikepala kita, menjawab semua pertanyaan-pertanyaan sejak beberapa buan lalu. Dan yang tidak bisa aku lupakan adalah suara tangisanmu. Entah, saat mendengar itu hatiku seperti dilanda rindu yang sangat dalam. Biasanya saat kau seperti itu, aku bisa saja memelukmu untuk menenangkanmu. Memelukmu hingga kau merasa nyaman dan membisikan kepadamu bahwa semua akan baik-baik saja.

Saat mendengar itu, rasanya aku ingin berlari untuk memelukmu namun sayang jarak memisahkan kita. Aku sendiri tidak bisa mendefinisikan perasaanku saat itu. Yang aku tahu, aku benar-benar rindu. Rindu untuk selalu ada disampingmu. Rindu memelukmu, rindu memarahimu, rindu menjahilimu, rindu tertidur dipangkuanmu, rindu merasakan kenyamanan saat berada didekatmu, rindu memandang dirimu dan aku benar-benar rindu semuanya tentang dirimu. Kau satu-satunya orang yang membuatku nyaman berada didekatmu walaupun saat itu kita saling diam. Karena bagiku diam saja sudah mampu menafsirkan ribuan perasaan saat didekatmu.

Teruntuk dirimu, sahabat terbaikku, aku benar-benar merindukanmu, kamu yang kuat yaa sayang. Semoga kita bisa berjuang bersama lagi dan Allah mempertemukan kita segera :’)

311025

Senin, 29 Desember 2014

Pulanglah..



Soba ni iru koto nanigenai kono shunkan mo wasure wa shinai yo
Tabidachi no hi te wo furutoki egao de irareru youni
Himawari no youna massuguna sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kaeshitai keredo kimi no koto dakara mou juubun da yo tte kitto yuu kana

Soba ni itai yo kimi no tameni dekiru koto ga boku ni aru kana
Itsumo kimi ni zutto kimi ni waratte ite hoshikute
Himawari no youna massuguna sono yasashisa wo nukumori wo zenbu
Kore kara wa boku mo todokete yukitai hontou no shiawase no imi wo mitsuke takara
-Himawari no Yakusoku (Motohiro Hata)

Jangan pernah lupakan saat-saat kau berada disini, disampingku
Kau tetap tersenyum saat berjabat tangan sebelum kita berpisah
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan semua kehangatannya
Bila kau ingin kembali, bisakah kau mengatakannya dengan cukup yakin?

Apakah aku masih memiliki kesempatan untuk berada disampingmu?
Kau dan aku selalu tertawa, itulah yang selalu ingin kulihat
Kau yang lembut seperti bunga matahari dengan semua kehangatannya
Sekarang aku juga ingin memberitahumu, karena aku sudah menemukan arti kebahagiaan yang sesungguhnya
-Himawari no Yakusoku (Motohiro Hata)


Hai.. apakabar? Mengapa akhir-akhir ini ku lihat kau sering bersedih?
Tahukah dirimu siapa yang sebenarnya sangat sedih ketika harus melihat keadaanmu yang sekarang? AKU, iya aku..

Kemana semangatmu yang selalu melebihi aku? kemana keceriaanmu yang bahkan lebih cerah di banding sinar mentari bagiku, kemana senyum indahmu? Yang selalu menentramkan hatiku. Kemana? Kemana sosok dirimu yang dulu?

saudariku, ada apa dengan dirimu? Dari awal sudah sering aku katakan bahwa jarak sudah cukup ‘menyiksa’ ku maka aku mohon jangan menyiksa ku lagi dengan perubahan-perubahan sikapmu. Aku mohon pulanglah kemana seharusnya dirimu berada.

Kau tahu apa yang membuat aku sangat sedih? Aku tak bisa menjagamu lagi, iya tak bisa. Jarak sudah cukup banyak mengubah keadaan kita. Aku tak bisa lagi menghiburmu saat kau sedang sedih, aku tak lagi bisa menjadi pendengar cerita sehari-harimu bahkan untuk tahu kabar mu saja sangat sulit.

Mau sedewasa apapun dirimu, bagiku kau tetap adik kecil kesayanganku. Aku rindu memarahami saat kau tak menuruti apa yang aku suruh, saat kau ‘ngeyel’ melakukan hal-hal yang aku tidak suka, saat kau mendatangiku dan menceritakan apapun yang ada di kepalamu, saat kau mendekatiku lalu mengatakan bahwa kau ingin menghabiskan waktu bersamaku, bahkan kau sering sengaja membuat ulah didepanku hanya untuk melihat bagaimana aku memarahimu, ahhhh aku rindu..

Hal yang perlu kau tahu, aku tak pernah melupakan mimpi-mimpi kita. Mimpimu yang kau titipkan padaku dan mimpiku yang ku titipkan padamu. Keadaan dan jarak tidak pernah merubahnya sama sekali. Aku tak ingin melihatmu sedih dan aku sudah bosan mendengar laporan-laporan oranglain tentang perubahan dirimu. Aku sedih tak bisa berbuat apa-apa. Dan hal yang aku tahu, kau tak pernah ingin membuatku sedih sedikit pun, jadi aku mohon pulanglah ke tempat seharusnya kau berada.

Hal yang paling aku takutkan dulu akhirnya terjadi juga. Dulu kita sedekat nadi tapi sekarang sejauh matahari. Aku sangat merindukan sosok mu yang dulu. Aku mohon segeralah pulang, mari kita perbaiki semuanya bersama-sama. Aku tak ingin dirimu pergi terlalu jauh hingga lupa jati dirimu yang sebenarnya, aku mohon pulanglah segera, aku merindukan sosokmu yang dulu.


Teruntuk teman terbaikku yang membantuku 'bangkit' kembali, aku menyayangimu karena Allah..
311025


Jumat, 26 Desember 2014

Tekanan


Apakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cobaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kamu? mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan harta benda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (dengan ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: “Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?” Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada agama Allah). ( Al-Baqarah: 214)


                Waktu SMA dulu teman-teman pernah belajar  fisika bukan? Hari ini izinkan saya untuk membahas sebuah rumus fisika yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, eh tapi memang semua ilmu fisika dapat diterapakan dalam kehidupan sehari-hari sih, tapi bahasan saya kali ini lebih ke apaa yaaa, aduh bingung juga mau jelasinnya gimana, ngerti ngak ngerti di ngerti..ngertiin aja yaaa..


P=  F / A
 
  




               Pernah ketemu rumus ini kan? Eits, jangan pusing dulu yaaa, saya gak sedang mau bahas soal fisika kok, kita kenalan dulu ya sama rumus ini, mungkin teman-teman ada yang sudah lupa atau belum pernah lihat sama sekali. P = tekanan, F = Gaya, A = Luas bidang.

                Sekarang udah tau kan? Rumus itu bisa digunakan untuk mencari besar tekanan, yaa masih banyak sih sebenernya rumus-rumus yang lain, jangan pusing dulu yaaa teman, kali ini saya akan membahas relevansi rumus tersebut didalam kehidupan kita sehari-hari.

                Sekarang rumus P (Tekanan) kita ibaratkan tingkat tekanan dalam hidup kita. Tingkat ‘tekanan hidup’ dalam setiap orang berbeda-beda, tergantung dengan pribadi orang tersebut, tergantung bagaimana orang tersebut mengatasi masala-masalah dalam hidupnya, jadi dapat di simpulkan tekanan itu bersifat relatif, betulkan?

                Kemudian, F (Gaya) kita ibaratkan masalah didalam kehidupan kita. Pasti setiap orang yang hidup di dunia ini memiliki masalah bukan? Nah dalam bahasan ini kita beri rentang nilai masalah dalam angka 1-10

                Yang terakhir A (Luas bidang) kita ibaratkan Luasnya hati kita dalam menghadapi masalah-masalah hidup kita. Kita bisa mengukur sendiri seberapa lapang hati kita dalam menerima kenyataan kehidupan.

                Selanjutnya, mari kita langsung ke contoh soal biar makin faham, jangan pusing dulu yaaa, ini bukan soal fisika yang kayak biasanya kok. Sekarang mari kita menghitung tingkat ‘tekanan’ didalam hidup kita dengan menggunakan rumus tadi. Dari pembahasan di atas tadi kan kita dapat menyimpulkan bahwa F (Gaya) = permasalahan yang ada di dalam hidup kita dan A (Luas bidang) = Kelapangan hati kita dalam menghadapi persoalan hidup.

                Misal  masing-masing lambang dihitung mengunakan  interval 1-10, maka saya beri contoh soal begini. Fulan memiliki masalah 8 dan kelapangan hati 4, hitunglah berapa tekanan yang dialaminya?

                Dari soal di atas, diketahui nilai F = 8 dan nilai A = 4, Maka nilai P = F/A = 8/4 =2
Mengerti? Kalian tidak akan menemukan contoh soal yang seperti ini dalam pelajaran formal sehari-hari hehe, ini hanya sebagai contoh bahwa banyak kok rumus-rumus fisika yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari kalo kita mau memikirkannya, hehe nyambung gak nyambung di sambung-sambungin aja yaa..

                Kesimpulannya jadi begini, semakin lapang hati kita dalam menghadapi persoalan hidup (masalah) maka akan semakin kecil ‘tekanan’ yang akan kita alami. Nahh jadi kelapangan hati itu sangat diperlukan. Setiap orang pasti punya masalah kok, tapi setiap masalah insyaAllah bisa diselesaikan,  sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 286 “ Allah tidak membebani seseorang melainkansesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya..”

Wallahu a’lam bishowab
Semoga bermanfaat..
 


Selasa, 04 November 2014

Karena Kita Berbeda





Seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
Memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
Memaksakan kasut besar untuk tapak mungil akan merepotkan
Kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi.


Seorang laki-laki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seolah didekatkan hingga sejengkal. Lelaki itu masih berlari-lari, menutupi wajah dengan surbannya dari pasir panas yang berterbangan, mengejar dan menggiring seekor unta.

Di padang gembalaan dekatnya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik ‘Ustman ibn ‘Affan, sedang berisitirahat disana ketika ia melihat lelaki itu. Dan dia mengenalinya! “MasyaAllah, bukankah dia Amirul Mukminin?!” ujarnya.

Tak salah lagi, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al-Khaththab. “Ya Amirul Mukminin! Apa yang sedang kau lakukan ditengah angin ganas ini? Masuklah kemari!” teriak Ustman sekuat tenaga.

“Seekor unta zakat terpisah dan lepas dari kawannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku harus menangkapnya kembali .” jawab Umar. “Masuklah kemari! Aku akan menyuruh seorang pembantuku menangkapnya untukmu!” ‘Umar berteriak dari kejauhan, searanya menggema.
“Tidak! Masuklah, hai ‘Ustman! Masuklah!”
“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah InsyaAllah unta itu akan kita dapatkan kembali!”
“Tidak, ini tanggungjawabku. Masuklah, hai ‘Ustman, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Ustman pun masuk dan menutup pintu. Dia bersandar dibalik pintu dan bergumam, “Demi Allah, benarlah Dia dan juga Rasul-Nya. Engkau memang bagaikan Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.

‘Umar dan ‘Ustman, mereka berbeda dan masing-masingmenjadi unik karena karakter khas yang mereka miliki. ‘Umar seorang jagoan yang tumbuh di tengah Bani Makhzum nan keras dan Bani Adi nan jantan kini telah menjadi pemimpin orang-orang mukmin. Maka sifat-sifat itu; keras, tegas, jantan dan bertanggungjawab dibawa ‘Umar untuk menjadi buah bibir kepemimpinan hingga hari ini.

‘Ustman, lelaki pemalu, datang dari Bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman. ‘Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Ustman untuk ikut bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Itu bukan kebiasaan bagi ‘Ustman. Kedermawananlah yang menjadi jiwanya, andai jadi ia menyuruh seorang sahayanya mengejarkan unta zakat itu, sang budak pastilah dibebaskannya karena Allah dan dibekalinya bertimbun dinar jika berhasil membawa unta pulang.

Mereka berbeda.

 (Dikutip dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah_Salim A.Fillah)

            Ada banyak kisah orang-orang sholeh di zaman dahulu yang mengambarkan bahwa setiap individu itu berbeda dan tentunya bisa menjadi teladan bagi kita. Mungkin kita pernah merasa iri dengan apa yang dimiliki atau yang telah di raih oleh orang lain. Itu sangat manusiawi karena saya pun pernah meraskan hal yang sama.

            Pasti pernah terfikir dibenak kita, mengapa Allah memberikan si A atau si B sesuatu yang tidak kita dapatkan padahal sudah kita ikhtiarkan dan berdo’a siang malam. Mengapa? Karena Allah tahu apa yang terbaik untuk kita.

            Bisa jadi Allah tidak/belum mengabulkan hal tersebut karena hanya Dia lah yang tahu ‘ukuran’ kita, Dia yang tahu kemampuan kita. Jangan pernah berkecil hati, rencana Allah selalu jauh lebih baik daripada rencana kita.

            Seperti kutipan di awal tulisan ini tadi, bukankah sangat merepotkan jika kita umpamanya memakai sandal yang bukan ukuran kita, jika kebesaran akan sangat merepotkan kita saat memakainya pun saat kekecilan, bukankah memaksakan untuk tetap memakainya akan sangat menyakitkan kaki kita?

            Begitu juga hidup kita, Allah yang tahu persis ‘ukuran’ kita. Mungkin saja Allah belum mengabulkan keinginan atau do’a kita karena Allah tahu itu bukan ‘ukuran’ untuk kita. Bisa jadi kekecilan atau kebesaran.


“janganlah sekali-kali kau membandingkan kehidupanmu dengan orang lain. Menganggap orang lain lebih bahagia atau kenapa hidup kita begitu nestapa. Kita tak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan perjuangkan untuk mendapatkan kehidupan mereka yang sekarang. Karena itu bersyukurlah dengan hidupmu yang sekarang.”
(Dikutip dari Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu_Tere Liye)


            Selain ‘ukuran’ ada hal lain juga yang harus kita sadari mengenai apa yang telah kita dapatkan sekarang. Kutipan di atas sudah sangat jelas bukan? Kita tak pernah tahu apa saja yang telah orang lain raih unutk mendapatkan kehidupan mereka yang sekarang. sebagian besar manusia hanya melihat hasil akhir dan mengabaikan proses.

          Misalnya kita melihat teman kita yang sudah bekerja di salah satu perusahaan ternama dengan gaji yang sangat besar, sebagian besar manusia pasti menilai teman kita itu enak sekali hidupnya. Padahal kita tak pernah tahu proses yang sudah mereka lalui untuk mendapatkan itu, sebelumnya mereka pasti telah berjuang mati-matian untuk mendapatkan apa yang mereka dapat nikmati sekarang.

       Syukuri apa yang telah kita dapatkan sekarang adalah kunci kebahagian hidup kita. Jika kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan ada 2 kemungkinan penyebabnya, yang pertama adalah hal tersebut bukan ‘ukuran’ kita dan yang kedua adalah kita belum benar-benar berusaha untuk mendapatkannya. Selalu bersyukur, ikhtiar,berdo’a serta tawakkal adalah kuncinya.


“Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna. Dengan menyakini semua adalah skenario dari Tuhan, kita bisa menerima kejadian apapun dengan lapang dadasambil terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario y ang lebih baik lagi.” (Tere Liye)

 Semoga bermanfaat :)